I.PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Keberhasilan
analisis suatu bahan pakan hanya akan dicapai jika pengambilan sampel bahan
dilakukan secara benar dan representatif. Untuk tujuan tersebut maka dalam
pengambilan sampel perlu diperhatikan hal berikut yaitu Homogenitas sampel,
cara pengambilan sampel, jumlah sampel, penanganan sampel, prosesing sampel,
dan penentuan kadar air sampel segar (Tarmidjo. 2004). Air Pakan akan menguap oleh panas,
sehingga yang tinggal adalah bahan kering. Persentase air dihitung dari
perbedaan bobot contoh sebelum dan sesudah perlakuan panas. Homogenitas sampel
ialah ukuran, berat sampel . cara pengambilan sampel ada 2 yaitu aselektif dan
selektif. Jumlah sampel yang diambil adalah 10% dari jumlah bahan. Perlu
penanganan yang baik agar tidak terjadi kerusakan pada saat bahan akan
dianalisis. Semua sampel harus dalam bentuk tepung. Setelah itu baru ditentukan
kadar air sampel segar.
1.2
Tujuan dan Manfaat
Adapun
tujuan praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum tentang Preparasi sampel
ialah agar mahasiswa mengetahui teknik dalam pengambilan sampel yang benar dan
juga agar memperoleh hasil yang akurat demi keberhasilan analisis suatu bahan
pakan.
Adapun
manfaat dari praktikum ini adalah mahasiswa mendapat pengetahuan agar tidak
salah dalam preparasi sampel pada saat melakukan analisis terhadap bahan pakan.
II.TINJAUAN
PUSTAKA
Alamsyah.,2002.Karakteristik atau sifat bahan makanan ternak
sangat berpengaruh dalam proses pengolahan bahan pakan. Banyak jenis pakan
lokal yang ketersediannya cukup potensil tetapi penggunaan bahan baku lokal ini
sering menimbulkan kesulitan bagi pengelola pabrik pakan yang menangani dan
memprosesnya, karena adanya perbedaan sifat.Pengetahuan tentang sifat fisik
pakan belum berkembang dibanduing dengan sifat fisik pada bahan pangan yang
telah banyak diteliti
(BIP Ciawi, 2004) Rumput gajah merupakan hijauan pakan sumber energi,
memiliki batang yang kadar serat lebih rendah sehingga dapat dipotong pada
tingkat pertumbuhan yang lebih menggunakan potongan batang (stek) atau sobekan
rumput.
Carita (2001). Pengurangan kadar air dengan
pelayuan perlu ditentukan lama dan KA akhir yang diperoleh. Demikian juga
penambahan air pada bahan dengan KA yang rendah, diperlukan perhitungan yang
lebih cermat.
Defano (2001) cara pengambilan sampel terbagi atas 2,yaitu aselektif dan selektif dimana
hasil dari kedua jenis pengambilan ini akan berbeda.
Dina,2001
rumus penghitungan kadar air adalah
x 100%

Drs. Hardiyono (2000) komposisi rumput setaria (dasar bahan kering) terdiri
atas; abu 11,5%, ekstrak eter (EE) 2,8%, serat kasar (SK) 32,5%, bahan ekstrak
tanpa nitrogen (BETN) 44,8%, protein ksar (PK) 8,3% dan total digestible
nutrients (TDN) 52,88%.
Farhan
(2007). Ayam broiler telah dikenal masyarakat dengan
berbagai kelebihannya, antara lain hanya 5-6 minggu sudah siap dipanen. Ayam
yang dipelihara adalah ayam broiler yakni ayam yang berwarna putih & cepat
tumbuh.
Farida
(2001). Ayam broiler merupakan ayam pedaging yang mengalami
pertumbuhan pesatpada umur 1 – 5 minggu. Selanjutnya dijelaskan bahwa ayam
broiler yang berumur 6 minggu sudah sama besarnya dengan ayam kampung dewasa
yang dipelihara selama 8 bulan. Keunggulan ayam broiler tersebut didukung oleh
sifat genetic dan keadaanlingkungan yang meliputi makanan, temperature
lingkungan dan pemeliharaan.
Galuh (2000). Dalam penentuan kadar air dari setiap sampel-sampel
dapat berasal dari tumbuh tumbuhan maupun hewan dan hasil ikutan lainnnya
dengan kadar air yang beragam jumlah dan keadaan normalnya.
Murwani et al., (2009) menyatakan jumlah sampel yang diambil adalah tidak lebih
dari 10% dari jumlah barang.
Murtidjo (2009), mengatakan sampel yang telah diambil harus segera diamankan agar tidak
rusak atau brubh sehingga mempunyai sifat yang berbeda dari sampel saat
diambil.
Teriska
(2000). Persentase serat kasar yang dapat dicerna oleh
ternak ayam sangat bervariasi. Efeknya terhadap penggunaan energi sangat
kompleks. Serat kasar yang tidak tercerna dapat membawa nutrien lain yang
keluar bersama feses.
Tjatiro
(2006) Serat kasar ini masih
dibutuhkan dalam jumlah kecil oleh
unggas yg berperan sebagi
bulky, untuk memperlancar pengeluaran feses.
III.MATERI
DAN METODA
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum
Bahan Pakan dan Formulasi Ransum tahun 2014 dilaksanakan pada hari Selasa, 15April
2014, pada pukul 14.00 WIB s/d selesai di Laboratorium Bahan Pakan dan
Formulasi Ransum Fakultas Peternakan Universitas Jambi.
3.2 Materi
Adapun
materi yang di praktikumkan adalah Pengenalan Bahan Pakan. Alat yang digunakan
pada praktikum ini ialah neraca (timbangan) untuk melakukan penimbangan terhadap sampel dalam menentukan berat awal dan
berat setelah pengeringan.
Dalam
praktikum ini bahan-bahan yang digunakan antara lain Rumput Gajah, Rumput
Benggala, Rumput Setaria, feses ayam kamp[ung, feses ayam broiler, feses ayam
arab, feses sapi, feses kerbau, feses rusa, feses bebek, feses babi, feses
kuda, dan feses kambing.
3.3 Metoda
Cara kerja atau metode yang dilakukan oleh praktikan pada
praktikum kali ini tentang preparasi sampel yaitu praktikan
menimbang bahan yang masih
dalam keadaan segar dimana berat itu adalah berat awal bahan tersebut setelah
ditimbang kemudian bahan di jemur hingga kadar
air tidak ada
kemudian ditimbang lagi dan dihitung berat
akhir lalu hitung kembali kadar air dan kadar bahan kering.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam pengambilan
sampel suatu bahan harus dilakukan secara benar agar diperoleh sampel yang
benar-benar representatif, yang mampu menggambarkan keadaan bahan yang diambil
sampelnya secara tepat. Untuk tujuan tersebut maka dalam pengambilan sampel
perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Homogenitas Sampel
Efek
ukuran dan berat partikel sangat berpengaruh terhadap homogenitas bahan. Bagian
yang berukuran danmempunyai berat lebih besar cenderung akan terpisah (terSEGREGRASI) dari bagian yang
lebih kecil dan ringan. Oleh karena itu sebelum sampel diambil, bahan harus
diaduk secara merata atau sampel diambil secara acak dari beberapa bagian baik
bagian dasar, tengah maupun bagian atas sehingga diperoleh sampel yang benar
representative.
b. Cara
Pengambilan Sampel
Cara pengambilan sampel dilakukan dengan dua cara yaitu secara
ASELEKTIF dan SELEKTIF. ASELEKTIF artinya cara pengambilan
sampel yang dilakukan secara acak dari keseluruhan bahan tanpa memperhatikan
atau memisahkan bagian-bagian dari bahan tersebut. Misalnya dalam pengambilan
sampel pada rumput gajah, sampel kita ambil dari seluruh bagian rumput gajah
tersebut baik bagian daun maupun bagian batang, kemudian dipotong-potong dan
dicampur secara merata agar diperoleh bahan yang benar-benar homogen, sehingga
sampel yang diambil benar-benar. representatif. SELEKTIF artinya cara pengambilan
sampel yang dilakukan secara acak dari bagian-bagian tertentu suatu bahan.
Misalnya dalam pengambilan sampel bagian batang dan bagian daun rumput gajah,
maka sebelum diambil sampelnya bagian-bagian tersebut harus dipisahkan terlebih
dahulu antara batang dan daunnya,
baru diambillah
sampelnya. Pendapat
(Defano,2001) cara pengambilan sampel terbagi atas 2,yaitu aselektif dan
selektif dimana hasil dari kedua jenis pengambilan ini akan berbeda.
c. Jumlah
sampel
Jumlah sampel yang
diambil akan sangat berpengaruh terhadap tingkat representatif sampel yang
diambil. Jumlah sampel yang diambil tergantung pada kebutuhan untuk evaluasi
dan jumlah bahan yang diambil sampelnya. Sebagai pedoman jumlah sampel yang
diambil adalah 10% dari jumlah bahan. Pada bahan yang berjumlah banyak misalnya
lebih dari 100 kg, sampel diambil sebanyak 10% dari jumlah tersebut secara
acak, kemudian sampel diambil lagi sebanyak 10% dari sampel yang terambil
tersebut.Murwani et al.,
(2009) menyatakan jumlah sampel yang diambil adalah tidak lebih dari 10% dari
jumlah barang.
d. Penanganan
sampel
Sampel
yang telah diambil harus segera diamankan agar tidak rusak atau berubah
sehingga mempunyai sifat yang berbeda dengan bahan dari mana sampel tersebut
diambil. Misalnya terjadi penguapan air, pembusukan atau tumbuhnya jamur, ketengikan dan
lain-lain. Sampel yang diperoleh dari kadar
air rendah (kurang dari 15%), kemungkinan terjadi kerusakan sampel sangat
kecil sekali. Sehingga sampel dapat langsung dimasukkan kedalam kantong plastik
dan dibawa ke laboratorium untuk dianalisis. Sedang sampel yang diperoleh dari
bahan segar misalnya hijauan atau silase, maka kemungkinan terjadi penguapan
besar sekali. Jika
lokasi pengambilan sampel jauh dari laboratorium maka sampel yang telah diambil
segera ditimbang, dikeringkan atau dijemur sampai beratnya konstan di tempat
yang aman (diusahakan tidak terdapat bagian sampel yang hilang), kemudian
dibawa ke laboratorium untuk selanjutnya dianalisis.Murtidjo (2009), mengatakan sampel yang telah diambil
harus segera diamankan agar tidak rusak atau brubh sehingga mempunyai
sifat yang berbeda dari sampel saat diambil.
e. Prosesing
sampel
Untuk
tujuan evaluasi terutama evaluasi secara mikroskopik, kimia dan biologis, semua
sampel harus digiling lebih dahulu sehingga diperoleh sampel yang halus. Tipe
evaluasi pakan pada prisipnya ada 3 yaitu metode In vitro, Insacco, In vivo.
Tipe evaluasi pakan In vivo merupakan metode penentuan kecernaan pakan
menggunakan hewan percobaan dengan analisis pakan dan feses. Pencernaan ruminansia
terjadi secara mekanis, fermentative, dan hidrolisis Karim,2005. Dengan metode Invivo
dapat diketahui pencernaan bahan pakan yang terjadi didalam seluruh saluran
pencernaan ternak, sehingga nilai kecernaan pakan yang diperoleh mendekati
nilai sebenarnya. Koefisien cerna yang ditentukan secara In vivo biasanya 1%
sampai 2 % lebih rendah dari pada nilai kecernaan yang diperoleh secara In
vitro (T.cole.2001).
f.
Penentuan kadar air sampel segar
Sampel
dapat berasal dari tumbuh-tumbuhan (seperti rumput-rumputan, biji-bijian,
buah-buahan, hasil ikutan produksi pertanian dan pangan) maupun hewan dan hasil
ikutannya. Sebelum dikeringkan, bahan (sampel) segar dipotong-potong untuk
mendapatkan partikel yang lebih kecil agar cepat kering. Sejumlah sampel
ditimbang (Ag) kemudian dijemur sampai kering dibawah sinar matahari atau
dikeringkan dalam oven dengan temperature 50-60˚C selama 24-48 jam. Setelah
kering sampel ditimbang (B g) dan digiling untuk dianalisis lebih lanjut.
Selisih anatara berat sebelum dengan setelah dikeringkan merupakan kadar
air (KA) dari sampel segar, dan selanjutnya dapat ditentukan bahan
kering (BK) udara sampel.
Kadar Air
(%,Y) =
x 100%

Kadar Bahan Kering
(%) =
x 100%

Atau
Kadar Bahan Kering
(100%) = 100% - Kadar air
Dina (2001) rumus penghitungan kadar air adalah
x 100%

Untuk
mengetahui kadar BK sesungguhnya (AS FED DRY MATTER) dari suatu bahan
maka BK udara (PARTIAL DRY MATTER) dikali dengan BK hasil pengeringan
oven 105˚C.
Konversi
zat makanan dari suatu basis BK ke basis BK oven (DRY MATTER
BASIS)diperoleh dengan :
ZM ( % DM ) = 

Hasil pengamatan
Nama Bahan
|
Berat awal (A) (gram)
|
Berat setelah pengeringan (B) (gram)
|
Kadar air (%)
|
Kadar bahan kering (%)
|
Leucaena
|
500 gram
|
250 gram
|
50%
|
50%
|
Rumput gajah
|
750 gram
|
290 gram
|
61%
|
39%
|
Rumput Benggala
|
500 gram
|
170 gram
|
66%
|
44%
|
Rumput benggala (selektif)
|
380 gram
|
260 gram
|
32%
|
78%
|
Rumput benggala
|
1800 gram
|
400 gram
|
78%
|
22%
|
Rumput stylo(selektif)
|
1000 gram
|
350 gram
|
65%
|
35%
|
Rumput stylo( aselektif)
|
600 gram
|
120 gram
|
80%
|
20%
|
Rumput raja
|
1200 gram
|
500 gram
|
58%
|
42%
|
Petai cina
|
1000 gram
|
250 gram
|
75%
|
25%
|
Feses Ayam Kampung
|
500 gram
|
380 gram
|
24%
|
76%
|
Feses Ayam Broiler
|
500 gram
|
160 gram
|
68%
|
32%
|
Feses kelinci
|
400 gram
|
100 gram
|
75%
|
25%
|
Feses Sapi
|
700 gram
|
600 gram
|
14%
|
86%
|
Feses Kerbau
|
1200 gram
|
600 gram
|
50%
|
50%
|
Feses Rusa
|
500 gram
|
450 gram
|
10 %
|
90%
|
Feses Babi
|
600 gram
|
400 gram
|
67%
|
33%
|
Feses Kuda
|
500 gram
|
180 gram
|
64%
|
36%
|
Fases kuda
|
1400 gram
|
500 gram
|
64%
|
36%
|
Fases kambing
|
500 gram
|
200 gram
|
60%
|
40%
|
Fases bebek
|
400 gram
|
134 gram
|
66%
|
34%
|
Tabel. 1 hasil perhitungan beberapa sampel
Bahan
pakan yang diambil dalam pada praktikum preparasi sample ini adalah rumput
gajah, rumput raja, feses ayam, dan feses sapi hali ini sesuai dengan
pernyataan (Galuh,2000)
, Dalam penentuan kadar air
dari setiap sampel-sampel dapat berasal dari tumbuh tumbuhan maupun hewan dan
hasil ikutan lainnnya dengan kadar air yang beragam jumlah dan keadaan
normalnya.
Rumput
Gajah
(BIP Ciawi, 2004)
Rumput gajah merupakan hijauan pakan sumber energi, memiliki batang yang kadar
serat lebih rendah sehingga dapat dipotong pada tingkat pertumbuhan yang lebih
menggunakan potongan batang (stek) atau sobekan rumput.
Rumput
Benggala
Panicum maximum disebut juga rumput benggala berasal dari Afrika
tropik dan sub tropik. Ciri-cirinya bersifat perennial, batang tegak, kuat, dan
membentuk rumpun. Akarnya membentuk serabut dalam, buku dan lidah daun
berbulu. Warna bunga hijau
atau keunguan (Tumbuh pada daerah dataran rendah sampai pegunungan 0–1200 m di
atas permukaan laut. Produksi Panicum maximum yang dihasilkan
mencapai 100–150 ton/ha/th dalam bahan segar. Panen pertama dilakukan setelah
2–3 bulan setelah penanaman (Sutopo, 1985).
Feses
Ayam Broiler/ayam kampung
Farhan (2007) Ayam broiler telah dikenal
masyarakat dengan berbagai kelebihannya, antara lain hanya 5-6 minggu sudah
siap dipanen. Ayam yang dipelihara adalah ayam broiler yakni ayam yang berwarna
putih & cepat tumbuh. Pendapat ini didukung oleh pernyataan (Farida. 2001)
Ayam broiler merupakan ayam pedaging yang mengalami pertumbuhan pesatpada umur
1 – 5 minggu. Selanjutnya dijelaskan bahwa ayam broiler yang berumur 6 minggu
sudah sama besarnya dengan ayam kampung dewasa yang dipelihara selama 8 bulan.
Keunggulan ayam broiler tersebut didukung oleh sifat genetic dan
keadaanlingkungan yang meliputi makanan, temperature lingkungan dan
pemeliharaan.
Tarmidjo.
2004. Air Pakan akan menguap oleh panas, sehingga yang
tinggal adalah bahan kering. Persentase air dihitung dari perbedaan bobot
contoh sebelum dan sesudah perlakuan panas. Di dalam feses masih terdapat
serat-serat (Teriska) 2000. Persentase serat kasar yang dapat dicerna oleh
ternak ayam sangat bervariasi. Efeknya terhadap penggunaan energi sangat
kompleks. Serat kasar yang tidak tercerna dapat membawa nutrien lain yang
keluar bersama feses. Menurut Tjatiro (2006) Serat kasar ini
masih dibutuhkan dalam jumlah kecil oleh unggas
yg berperan sebagi bulky, untuk memperlancar pengeluaran
feses
Setelah hasil didapatkan dapat disimpulkan kadar air
yang paling banyak terdapat di feses dari pada dari tumbuhan menurut (Carita,2001), Pengurangan kadar air dengan
pelayuan perlu ditentukan lama dan KA akhir yang diperoleh. Demikian juga
penambahan air pada bahan dengan KA yang rendah, diperlukan perhitungan yang
lebih cermat.Demikian hasil yang
diperoleh pada praktikum preparasi sampel yang telah dilakukan dengan cara yang
terdapat pada buku pedoman.
V.
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Adapun
kesimpulan yang diperoleh pada praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum yang
berjudul “Preparasi Sampel” adalah untuk keberhasilan pada analisis suatu bahan
pakan maka perlu memperhatikan sistematika proses yang benar antara lain yaitu
homogenitas sampel, cara pengambilan sampel, jumlah sampel, penanganan sampel,
prosesing sampel, dan penentuan kadar air sampel segar. Untuk menentukan kadar
air dan kadar bahan kering maka sampel terlebih dahulu dijemur dibawah panas
matahari, dari tiap bahan yang berbeda mempunyai kadar air yang berbeda
tergantung pada perlakuannya.
5.2 Saran
Selama
praktikum Preparasi Sampel berlangsung, praktikan harus memperhatikan saat
asdos menerangkan agar mudah memahami apa yang disampaikan dan juga ketelitian
praktikan sangat dituntut dalam menghitung kadar air dan kadar bahan kering
sampel. Praktikan harus menjaga ketenangan pada saat praktikum berlangsung,
agar suasana praktikum jadi nyaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar