BAB
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Analisis proksimat adalah suatu metoda analisis kimia untuk mengidentifikasi
kandungan nutrisi, kadar air, kadar abu, protein, lemak, serat kasar serta
kadar bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) pada suatu zat makanan dari bahan
pakan ternak. Pendapat ini didukung oleh pendapat Arora
(2008) mengatakan bahwa; “Analisis proksimat adalah analisis terhadap
suatu bahan yang menyangkut air, protein, lemak, abu dan serat. Analisis
proksimat memiliki manfaat sebagai penilaian kualitas pakan atau bahan pangan
terutama pada standar zat makanan yang seharusnya terkandung di dalamnya’’.
Pakan merupakan komponen pokok
yang mengambil porsi terbesar dari biaya produksi suatu usaha peternakan.
Kualitasnya pakan ditentukan oleh kualitas bahan baku yang menyusunnya. Pakan
memiliki peranan penting bagi ternak, baik untuk pertumbuhan ternak muda maupun
untuk mempertahankan hidup dan menghasilkan produk (susu, anak, daging) serta
tenaga bagi ternak dewasa.
Selain itu, analisis proksimat
dapat digunakan untuk mengevaluasi dan menyusun formula ransum dengan baik.
Mengevaluasi ransum yang telah ada seperti mencari kekurangan pada ransom
tersebut kemudian kita bisa menyusun formula ransum baru dengan menambahkan zat
makanan yang diperlukan.
1.2 Tujuan
dan Manfaat
Adapun
tujuan setelah diadakannya praktikum ini adalah untuk
mengetahui kandungan zat makanan, kadar air, kadar abu, serat, proin dan lemak
kasar serta BETN dari bahan pakan/ yang akan diuji.
Manfaat yang diperoleh dari
raktikum ini adalah untuk meningkatkan kemampuan praktikan dalam
menganalisis bahan pakan dengan baik meliputi pengetahuan dasar dan
aplikasinya, sehingga para praktikan/ mahasiswa FAPET UNJA dapat
mengaplikasikannya dikehidupan nyata.
BAB
II. TINJAUAN PUSTAKA
Pemilihan bahan tidak akan terlepas dari ketersediaan zat makanan itu
sendiri yang dibutuhkan oleh ternak. Untuk mengetahui berapa jumlah zat makanan
yang diperlukan oleh ternak serta cara penyusunan ransum, diperlukan
pengetahuan mengenai kualitas dan kuantitas zat makanan. Merupakan suatu
keuntungan bahwa zat makanan, selain mineral dan vitamin, tidak mempunyai sifat
kimia secara individual (Handaka, 2008).
Secara garis besar jumlah zat makanan dapat dideterminasi dengan analisis
kimia, seperti analisis proxsimat, dan terhadap pakan berserat analisis
proxsimat lebih dikembangkan lagi menjadi analisis serat (Soejono, 2004).
Ransum adalah jumlah total bahan makanan yang diberikan pada ternak selama
24 jam. Sedangkan yang dimaksud dengan bahan pakan adalah komponen ransum yang
dapat memberikan manfaat bagi ternak yang mengkonsumsinya. Ransum merupakan
factor yang sangat penting di dalam suatu usaha peternakan, karena ransum
berpengaruh langsung terhadap produksi ternak (Sinurat, 2000).
Perubahan ransum baik secara kualitas maupun kuantitas maupun perubahan
pada komponennya akan dapat menyebabkan penurunan produksi yang cukup serius.
Sehingga untuk mengembalikan produksi seperti semula sebelum perubahan ransum
cukup sulit dicapai dan akan memakan waktu cukup lama (Santoso, 2003).
Penentuan
kualitas suatu bahan pakan dapat dilakukan secara fisik, kimia maupun biologis.
Langkah tersebut dilakukan mengingat adanya variasi antara bahan pakan. Dua
macam bahan pakan mungkin secara fisik terlihat sama namun mungkin saja kedua
bahan pakan tersebut mempunyai komposisi kimia yang berbeda, sehingga analisis
fisik dan kimia perlu dilakukan. Sebenarnya analisis secara kimia saja tidak
cukup, percobaan dengan ternak harus dilakukan karena bahan pakan yang
menandung nutrisi tinggi mungkin saja mempunyai kecernaan yang rendah (Tilman,
2003).
Pakan
sapi yang banyak mengandung sumber energi adalah Biji-bijian (jagung,
sorghum/cantel, kedelai, kacang-kacangan), Umbi-umbian(ketela pohon, ketela
rambat, kentang), dan juga dari jenis minyak nabati (kelapa, minyak sawit,
minyak kedelai). Bahan pakan bias dikatakan sebagai sumber energy yang baik
apabila kandungan energinya lebbih dari 2250 Kkal/kg (Smith, 2000).
Ukuran
partikel bahan sangat berpengaruh terhadap kerapatan tumpukan yaitu pengecilan
ukuran partikel akan menurunkan nilai kerapatan tumpukan pada bahan pakan.
Selain pengecilan ukuran, kandungan air juga turut berpengaruh dimana nilai
kerapatan tumpukan akan semakin turun dengan meningkatnya kadar air bahan pakan
(Alamsyah, 2002).
Pakan
yang banyak mengandung protein berasal dari sumber protein nabati dan hewani.
Contohnya adalah: tepung daging, tepung ikan, susu skim, tepung darah, kacang
tanah, kacang kedelai, turi, gamal, lamtoro, bungkil kelapa, bungkil kelapa
sawit, bungkil kedelai, bungkil kacang, bungkil jagung, dll. Sumber protein
yang baik apabila kadar proteinnya lebih dari 20%
(Sarmono, 2007).
Bahan yang perlu ditambahkan untuk menambah selera makan hewan ternak.
Bahan additivebiasa berupa asam amino, penambah aroma/cita rasa,
vit-min mix. Penggunaan bahan additive ini sebaiknya digunakan pada takaran
yang jangan terlalu banyak (Santoso, 2003).
Pemberian ransum dapat dilakukan dengan cara bebas maupun terbatas.
Cara bebas, ransum disediakan ditempat pakan sepanjang waktu agar saat
ayam ingin makan ransumnya selalu tersedia. Cara ini biasanya disajikan
dalam bentuk kering, baik tepung, butiran, maupun pelet. Penggantian ransum
starter dengan ransum finisher sebaiknya tidak dilakukan
sekaligus, tetapi secara bertahap. Hari pertama diberi ransum
starter 75% ditambah ransum finisher 25%, pada hari berikutnya
diberi ransum starter 50% ditambah ransum finisher 50%, hari
berikutnya diberi ransum starter 25% ditambah ransum finisher 75% dan
hari terakhir diberi ransum finisher seluruhnya. Jika tahapan ini tidak
dilakukan maka nafsu makan ayam menurun untuk beberapa hari dan
dikhawatirkan akan menghambat pertumbuhan (Sarmono, 2007).
Anggorodi (2006) mengatakan bahwa dalam menyusun ransum kadar air
bahan terpiilih harus diketahui dengan tepat atau setidaknya mendekati,
disamping kadar nutrisi yang lain sehingga ransom yang kita susun akan
mengandung zat-zat gizi yang tepat dan serasi sesuai dengan kebutuhan ternak
yang dipelihara.
Eszra (2006) mengatakan bahwa kandungan yang ada pada lemak kasar
merupakan bukanlah lemak murni melainkan campuran dari beberapa zat yang
terdiri dari klorofil, xantofil dan karoten.
Tillman et al., (2004) mengatakan bahwa Sampel makanan ditimbang dan
diletakkan dalam cawan khusus dan dipanaskan dalam oven dengan suhu 105ᵒC.
Pemanasan berjalan hingga sampel tidak turun lagi beratnya. Setelah pemanasan
tersebut sampel bahan pakan disebut sebagai sampel bahan kering dan
penggunaanya dengan sampel disebut kadar air.
Triaz (2008) menyatakan bahwa pada analisi protein kasar terdapat
kesalahan asumsi yaitu mengasumsikan semua nitrogen bahan pakan merupakn
protein padahal kenyataanya bahwa tidak semua nitrogen berasal dari protein dan
mengasumsikan bahwa kadar nitrogen protein 16 % padahal kenyataanya kadar
nitrogen protein tidak selalu 16 %.
Utomo (2005) mengatakan bahwa hijauan pakan segar berkadar air sangat
tinggi, setelah dikeringkan 550C sampai beratnya tetap diperoleh bahan pakan
dalam kondisi kering udara disebut juga berat kering, kering udara atau dry
matter.
Winarno (2000) mengatakan bahwa protein, karbohidrat, dan air merupakan
kandungan utama dalam bahan pangan. Protein dibutuhkan terutama untuk
pertumbuhan dan memperbaiki jaringan tubuh yang rusak. Karbohidrat dan lemak
merupakan sumber energi dalam aktivitas tubuh manusia, sedangkan garam-garam
mineral dan vitamin juga merupakan faktor penting dalam kelangsungan
hidup.
Yunus (2006) mengatakan bahwa kandungan yang ada pada lemak kasar
merupakan bukanlah lemak murni melainkan campuran dari beberapa zat yang
terdiri dari klorofil, xantofil dan karoten.
Prawiradiputra (2001) mengatakan bahwa pakan hijauan merupakan pakan
utama bagi ternak sapi, hijauan pakan ternak terdiri dari rumput dan legume.
Hijauan pakan segar berkadar air sangat tinggi, setelah dikeringkan 550C
sampai beratnya tetap diperoleh bahan pakan dalam kondisi kering udara disebut
juga berat kering, kering udara atau dry weight. Bahan pakan konsentrat pada
umumnya berada pada kondisi kering udara dan sering disebut kondisi as fed
(keadaan apa adanya) (Utomo dan Soejono, 2009).
Protein, karbohidrat, dan air merupakan kandungan utama dalam bahan pangan.
Protein dibutuhkan terutama untuk pertumbuhan dan memperbaiki jaringan tubuh
yang rusak. Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi dalam aktivitas tubuh
manusia, sedangkan garam-garam mineral dan vitamin juga merupakan faktor
penting dalam kelangsungan hidup dimana kita ketahui bahwa bungkil kelapa sawit
bahan pakan yang kandungan gizinya seperti : protein = 17,09 %, Lemak = 9,44 %,
karbohidrat = 23,77 %, Abu = 5,92 %, Serat kasar 30,4%, Air = 13,35 %. (Adnan,
P. 2001)
Kedelai adalah biji-bijian yang tertinggi kandungan proteinnya yaitu
sekitar 42%. Sewaktu panen biji kedelai masih cukup tinggi kandungan kadar
airnya. Oleh karena itu perlu diturunkan lagi kadar airnya menjadi sekitar 15%
agar dapat lama disimpan. Bila digunakan sebagai pakan perlu digiling terlebih
dahulu agar mudah dicampur. Bagi ternak non ruminansia ( babi muda dan unggas )
perlu adanay pemansan 1150C selama 10 menit sehingga tidak
mengganggu proses pencernaan. -kadar air 2% calsium 0,4% ,
protein kasar: 46% , fospor : 0,8%, serat kasa : 6,5 %, aflatonin : 50
(ppg) abu : 7%, lemak kasar : 3,7%. (Parning, 2000)
BAB
III. MATERI DAN METODA
3.1 Waktu dan Tempat
Pelaksanaan praktikum Bahan Pakan dan Formulasi
Ransum pada selasa 29 mei 2014 pukul 14.00 sd selesai yang bertempat di
laboratorium Bahan Pakan dan Formulasi
Ransum gedung C Fakultas Peternakan Universitas Jambi.
3.2 Materi
Adapun bahan yang digunakan
dalam praktikum analisis proksimat ini adalah H2SO4 pekat, H2SO4 0,3N, NaOH
40%, NaOH 0,3N, NaOH 1,5N, tepung bungkil kelapa, tepung kulit nenas,
tepung kerabang telur, tepung legum stylosantes, tepung legum callopogonium,
tepung legum sentrocema, ampas tahu, tepung bungkil kedele, pati
ubi, tepung jagung, tepung bungkil inti sawit, cawan porselen, eksikator oven 105 C, penjepit, neraca
analitik, soxhlet, tanur, lemari asam, pinset, sarung tangan karet, kapas bebas
lemak, kertas saring bebas lemak, batu didih, gelas ukur, biuret, destilator,
labu destruksi, labu destilasi, gelas piala, corong bucner, pompa vacum dan
pemanas listrik.
3.3 Metode
Adapun cara kerja yang
dilakukan pada pelaksanaan praktikum tentang Analis proksimat ini dimana
analisis proksimat ini terbagi atas 5 sub judul diantaranya adalah Penentuan
Kadar Air, Penentuan Kadar Abu, Penentuan Protein Kasar, Penentuan Lemak Kasar,
dan Penentuan Serat kasar.
Penentuan Kadar Air
Cara kerja yang dilakukan pada
praktikum Penentuan Kadar Air adalah
pertama sekali cawan porselen dicuci bersih lalu dikeringkan
didalam oven selama
1 jam dengan menggunakan temperaturC, kemudian
didinginkan didalam eksikator sekitar 10-20 menit lalu ditimbang (C). setelah
itu Sampel ditimbang sebanyak 0.5 – 1 gram (D) lalu dimasukkan kedalam cawan
porselen , kemudian cawan dan sampel dimasukkan kedalam oven C
untuk dikeringkan selama 12 – 16 jam. Kemudian cawan dan
sampel (E) dikeluarkan dari oven kemudian didinginkan didalam
eksikator selama 10–20 menit sampai diperoleh berat yang tetap.
Penentuan kadar abu
Cara kerja yang digunakan pada
praktikum Penentuan Kadar Abu yaitu pertama cawan porselen yang bersih,
dikeringkan didalam oven sekitar 1 jam pada temperatur C, lalu
didinginkan didalam eksikator sekitar 10–20 menit dan ditimbang (F).
setelah itu sampel ditimbang dengan teliti (G) lalu dimasukkan kedalam cawan
porselen. Pijarkan sampel yang terdapat dalam cawan porselen hingga tak
berasap. bakar cawan porselen yang berisi sampel dalam tanur yang
bersuhu C. sampel dibiarkan terbakar sampai 3–4
jam atau sampai berwarna putih semuanya. setelah sampel berwarna putih semua,
lalu dinginkan dalam tanur pada suhu C sebelum dipindahkan kedalam
eksikator, sesudah dingin sample ditimbang dengan teliti (H).
Rumus :
Penentuan Protein Kasar
Cara kerja yang dilakukan pada
praktikum Penentuan Protein Kasar adalah sampel ditimbang sebanyak 0.3 gram (I)
lalu dimasukkan kedalam labu destruksi. Tambahkan kira–kira 0.2 gram katalis
campuran dan 5 ml H2So4 pekat. Kemudian campuran tersebut dipanaskan dalam
lemari asam. Lihat proses destruksi selama pemanasan agar tidak meluap. bila
larutan sudah menjadi warna hijau terang atau warna jernih maka destruksi
dihentikan, lalu dinginkan dalam lemari asam. larutan dimasukkan kedalam labu
destilasi dan diencerkan dengan 60 ml aquades. Masukkan satu buah batu didih,
dimana fungsi dari batu didih adalah percepatan panas.
Dengan pelan – pelan
ditambahkan 20 ml NaOH 40% melalui diding labu dan dihubungkan
dengan destilator.
Sulingan (dan air) ditangkap
oleh labu Erlemeyer yang berisi 25 ml 0.3 N, 2 tetes indikator
campuran yaitu Methyl red 0.1 % dan Bromcresol green 0.2% dalam alkohol.
penyulingan dilakukan hingga nitrogen dari cairan tersebut tertangkap
oleh yang ada dalam erlenmeyer ( 2/3 dari cairan yang ada pada labu
destilasi menguap atau terjadi letupan–letupan kecil atau erlenmeyer mencapai
volume 100 ml. setelah itu labu erlenmeyer yang berisi sulingan diambil dan
dititrasi kembali dengan NaOH 0.3N (J). Perhatikan perubahan warna yang terjadi
pada saat dititrasi jika warna berubah menjadi warna hijau maka titrasi
dihentikan karena sudah menandakan titik akhir titrasi. Lalu
bandingkan dengan titer blanko
(K).
Penentuan Lemak Kasar
Cara kerja yang digunakan pada
praktikum Penentuan Lemak Kasar yaitu sampel ditimbang dengan teliti sebanyak 1
gram (L) dan dibungkus dengan menggunakan kertas saring yang bebas lemak. Laludikeringkandalam
oven C selama 5 jam setelah itu didinginkan dalam eksikator lalu
ditimbang (M). sampel dimasukkan kedalam tabung ekstraksi soxhlet. Soxhlet di
isi dengan pelarut melalui kondensor dengan corong. Alat pendingin dialirkan
dan panas dihidupkan.ekstraksi berlangsung selama 16 jam sampai pelarut pada
alat soxhlet terlihat jernih. Sampel dikeluarkan dari alat soxhlet dan
dikeringkan dalam oven C selama 5 jam, kemudian
didinginkan dalam eksikator dan ditimbang (N).
Penentuan serat kasar
Cara kerja yang digunakan pada
praktikum Penentuan Serat kasar adalah kertas saring whatman No 41 dikeringkan
didalam oven C selama satu jam lalu ditimbang (O). timbang sample dengan
teliti (P) dan masukkan kedalam gelas piala. Tambahkan 50 ml 0.3
N dan didihkan selama 30 menit dalam pemanas listrik. setelah 30 menit
didihkan, tambahkan dengan cepat 50 ml NaOH 1.5 N dan didihkan kembali selama
30 menit. Lalu cairan disaring dengan menggunakan kertas saring yang telah
diketahui beratnya didalam corong Buchner yang telah dihubungkan dengan pompa
vakum. kertas saring bersama residu dicuci berturut – turut dengan 50 ml H2O panas,
50 ml 0.3 N, 50 ml panas dan aceton.
kertas saring berisi residu dimasukkan kedalam cawan porselen yang bersih dan
dikeringkan dalam oven sampi didapat berat yang konsta, didinginkan dalam
eksikator lalu ditimbang (Q). pijarkan sampel dalam cawan hingga tidak
mengeluarkan asap. Kemudian cawan bersama isinya dimasukkan kedalam tanur C
selama 3–4 jam.
setelah isi dari cawan berubah
warna menjadi warna putih, lalu diangkat, didinginkan dan dilakukan penimbangan
(R).
Penentuan bahan ekstrak tanpa nitrogen
Kandungan bahan ekstrak tanpa
nitrogen (BETN) ditentukan dengan mengurangi total kandungana zat makanan dalam
bahan pakan dengan persentase abu, protein kasar, lemak kasar, dan serat
kasar.
( 100% - (% abu+% PK+%LK+%LK+%SK).
BAB.IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Adapun
hasil dan pembahasan yang didapatkan dari pratikum analisis proksimat yang
telah dilakukan adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil
Perhitungan Penentuan Kadar Air
Kelompok
|
Bahan Pakan
|
C (gr)
|
D (gr)
|
E (gr)
|
Kadar Air (%)
|
A1
|
BIS
|
35,0
|
1
|
35,9
|
10
|
A2
|
T. Kulit Duku
|
22,1
|
1
|
23,0
|
10
|
A3
|
Ampas jamu
|
39,2
|
1
|
40,1
|
10
|
A4
|
k.nanas
|
34,4
|
1
|
35,3
|
10
|
A5
|
Biji karet
|
21,1
|
1
|
22,0
|
10
|
A6
|
Jerami
|
37,2
|
1
|
38,1
|
10
|
A7
|
Kolobot Jagung
|
21,5
|
1
|
22,4
|
10
|
A8
|
Petai cina
|
25,2
|
1
|
26,1
|
10
|
A9
|
T. ikan
|
26,1
|
1
|
27,0
|
10
|
A10
|
Tapioka
|
26,7
|
1
|
27,6
|
10
|
A11
|
Ampas tahu
|
18
|
1
|
18,9
|
10
|
A12
|
Ampas kunyit
|
32,5
|
1
|
33,3
|
20
|
A13
|
T. biji durian
|
22,2
|
1
|
23,1
|
10
|
A14
|
T. kedelai
|
20,1
|
1
|
21,0
|
10
|
A15
|
T. kulit durian
|
40,4
|
1
|
41,3
|
10
|
A16
|
Jeroan ikan
|
39,2
|
1
|
40,1
|
10
|
Ket
: Berat cawan (C), Berat sampel (D), Berat cawan dan sampel (E)
Hijauan pakan segar berkadar
air sangat tinggi, setelah dikeringkan 550C sampai beratnya tetap diperoleh
bahan pakan dalam kondisi kering udara disebut juga berat kering, kering udara
atau dry weight. Bahan pakan konsentrat pada umumnya berada pada kondisi kering
udara dan sering disebut kondisi as fed (keadaan apa adanya) (Utomo dan
Soejono, 2009).
Protein, karbohidrat, dan air
merupakan kandungan utama dalam bahan pangan. Protein dibutuhkan terutama untuk
pertumbuhan dan memperbaiki jaringan tubuh yang rusak. Karbohidrat dan lemak
merupakan sumber energi dalam aktivitas tubuh manusia, sedangkan garam-garam
mineral dan vitamin juga merupakan faktor penting dalam kelangsungan hidup
dimana kita ketahui bahwa bungkil kelapa sawit bahan pakan yang kandungan
gizinya seperti : protein = 17,09 %, Lemak = 9,44 %, karbohidrat = 23,77 %, Abu
= 5,92 %, Serat kasar 30,4%, Air = 13,35 %. (Adnan, P. 2001).
Tabel 2. Hasil
Perhitungan Penentuan Kadar Abu
Kelompok
|
Bahan
|
F
(gr)
|
G
(gr)
|
H
(gr)
|
Kadar
Abu
(%)
|
A1
|
BIS
|
35,0
|
1
|
35,04
|
4
|
A2
|
T. Kulit Duku
|
22,1
|
1
|
22,24
|
14
|
A3
|
Ampas jamu
|
39,2
|
1
|
39,68
|
48
|
A4
|
k.nanas
|
34,4
|
1
|
34,49
|
9
|
A5
|
Biji karet
|
21,1
|
1
|
21,14
|
4
|
A6
|
Jerami
|
37,1
|
1
|
37,29
|
19
|
A7
|
Kolobot Jagung
|
21,5
|
1
|
21,57
|
7
|
A8
|
Petai cina
|
25,2
|
1
|
25,21
|
1
|
A9
|
T. ikan
|
26,1
|
1
|
26,37
|
27
|
A10
|
Tapioka
|
26,7
|
1
|
26,72
|
2
|
A11
|
Ampas tahu
|
17,9
|
1
|
17,98
|
8
|
A12
|
Ampas kunyit
|
32,55
|
1
|
32,15
|
5
|
A13
|
T. biji durian
|
22,2
|
1
|
22,28
|
8
|
A14
|
T. kedelai
|
20,1
|
1
|
20,14
|
4
|
A15
|
T. kulit durian
|
1
|
|||
A16
|
Jeroan ikan
|
39,1
|
1
|
39,25
|
15
|
Ket
: Berat cawan (F), Berat sampel (G), Berat cawan dan sampel(H)
Hasil tersebut ditinjau dari
beberapa literature adalah sebagai berikut Penetuan kadar abu berguna untuk
menentukan kadar ekstrak tanpa nitrogen. Disamping itu kadar abu dari pakan
yang berasal dari hewan dan ikan dapat digunakan sebagai indek untuk kadar Ca
(Kalsium) dan P (Fofsor), juga merupakan tahap awal penentuan berbagai mineral
yang lain (Yunus, 2008).
Tabel 3. Hasil
Perhitungan Kadar Protein Kasar
Kelompok
|
Bahan
|
I
(gr)
|
J
(gr)
|
K
(gr)
|
Protein Kasar (%)
|
A1
|
BIS
|
0,3
|
13,2
|
17.5
|
37,625
|
A2
|
T. Kulit Duku
|
0,3
|
15,1
|
17.5
|
21
|
A3
|
Ampas jamu
|
0,3
|
14,1
|
17.5
|
29,75
|
A4
|
k.nanas
|
0,3
|
15,2
|
17.5
|
20,125
|
A5
|
Biji karet
|
0,3
|
12,9
|
17.5
|
40,25
|
A6
|
Jerami
|
0,3
|
14,3
|
17.5
|
28
|
A7
|
Kolobot Jagung
|
0,3
|
14,8
|
17.5
|
23,625
|
A8
|
Petai cina
|
0,3
|
12,2
|
17.5
|
46,375
|
A9
|
T. ikan
|
0,3
|
9,2
|
17.5
|
72,125
|
A10
|
Tapioka
|
0,3
|
16,0
|
17.5
|
13,125
|
A11
|
Ampas tahu
|
0,3
|
13,7
|
17.5
|
33,25
|
A12
|
Ampas kunyit
|
0,3
|
15,5
|
17.5
|
17,5
|
A13
|
T. biji durian
|
0,3
|
15,1
|
17.5
|
21
|
A14
|
T. kedelai
|
0,3
|
12,0
|
17.5
|
48,125
|
A15
|
T. kulit durian
|
0,3
|
15,9
|
17.5
|
14
|
A16
|
Jeroan ikan
|
0,3
|
13,2
|
17.5
|
31,54
|
Ket
: Berat sampel (I), Hasil titrasi(J), Titer blanko(K)
Nilai pakan rumput gajah
dipengaruhi oleh perbandingan (rasio) jumlah daun terhadap batang dan umurnya.
Kandungan nitrogen dari hasil panen yang diadakan secara teratur berkisar
antara 2-4% Protein Kasar (CP; Crude Protein) selalu diatas 7% untuk varietas Taiwan,
semakin tua CP semakin menurun). Pada daun muda nilai ketercernaan (TDN)
diperkirakan mencapai 70%, tetapi angka ini menurun cukup drastis pada usia tua
hingga 55%. (Fakri, S. 2010).
Tabel 4. Hasil
Perhitungan Kadar Lemak Kasar
Kelompok
|
Bahan
|
L (gr)
|
M
(gr)
|
N
(gr)
|
Lemak Kasar(%)
|
A1
|
BIS
|
1
|
1,85
|
1,77
|
8
|
A2
|
T. Kulit Duku
|
1
|
1,83
|
1,73
|
10
|
A3
|
Ampas jamu
|
1
|
1,88
|
1,79
|
9
|
A4
|
k.nanas
|
1
|
1,82
|
1,79
|
3
|
A5
|
Biji karet
|
1
|
1,91
|
1,69
|
22
|
A6
|
Jerami
|
1
|
1,83
|
1,83
|
0
|
A7
|
Kolobot Jagung
|
1
|
1,84
|
1,81
|
3
|
A8
|
Petai cina
|
1
|
1,92
|
1,86
|
6
|
A9
|
T. ikan
|
1
|
1,90
|
1,86
|
4
|
A10
|
Tapioka
|
1
|
1,88
|
1,87
|
1
|
A11
|
Ampas tahu
|
1
|
1,92
|
1,87
|
5
|
A12
|
Ampas kunyit
|
1
|
1,73
|
1,73
|
0
|
A13
|
T. biji durian
|
1
|
1,89
|
1,87
|
2
|
A14
|
T. kedelai
|
1
|
1,94
|
1.71
|
23
|
A15
|
T. kulit durian
|
1
|
1,84
|
1,82
|
2
|
A16
|
Jeroan ikan
|
1
|
1,99
|
1,88
|
11
|
Ket : Berat sampel(L), Berat kertas
saring dan sampel(M), Berat sampel setelah di ekstraksi(N)
Hasil tersebut ditinjau dari
beberapa literature adalah sebagai berikut Lemak kasar adalah campuran
beberapa senyawa yang larut di dalam pelarut lemak (eter, petroleum, bezen,
alkohol 100%). Lemak di dalam tubuh ternak berfungsi sebagai penghasil
asam-asam lemak dan energi. Unsur nutrisi ini dicerna menjadi asam-asam lemak
dan gliserol yang sebagian diubah menjadi energi, sedang yang lainnya disimpan
sebagai lemak tubuh yang akhirnya akan menghasilkan asam amino nonessensial
(Kartadisatra, H.R. 1997).
Tabel 5. Hasil
Perhitungan Kadar Serat Kasar
Kelompok
|
Bahan
|
O (gr)
|
P (gr)
|
Q (gr )
|
R (gr)
|
Serat Kasar(%)
|
A1
|
BIS
|
1,01
|
1
|
35,61
|
34,47
|
13
|
A2
|
T. Kulit Duku
|
1,03
|
1
|
23,40
|
22,18
|
9
|
A3
|
Ampas jamu
|
1,02
|
1
|
40,21
|
39,11
|
8
|
A4
|
k.nanas
|
1,01
|
1
|
19,10
|
17,96
|
13
|
A5
|
Biji karet
|
1,02
|
1
|
28,07
|
26,87
|
18
|
A6
|
Jerami
|
1,03
|
1
|
33,80
|
32,51
|
26
|
A7
|
Kolobot Jagung
|
0,92
|
1
|
22,74
|
21,55
|
27
|
A8
|
Petai cina
|
1,02
|
1
|
21,29
|
20,12
|
15
|
A9
|
T. ikan
|
0,97
|
1
|
38,12
|
37,14
|
1
|
A10
|
Tapioka
|
1,03
|
1
|
23,34
|
22,24
|
7
|
A11
|
Ampas tahu
|
1,04
|
1
|
41,66
|
40,38
|
24
|
A12
|
Ampas kunyit
|
1,03
|
1
|
36,07
|
35,01
|
3
|
A13
|
T. biji durian
|
1,08
|
1
|
22,34
|
22,24
|
2
|
A14
|
T. kedelai
|
1,03
|
1
|
22,25
|
21,16
|
6
|
A15
|
T. kulit durian
|
0,95
|
1
|
27,34
|
26,18
|
21
|
A16
|
Jeroan ikan
|
1,06
|
1
|
40,55
|
39,37
|
12
|
Ket : Berat kertas
saring(O), Berat sampel(P), Berat cawan yang berisi sampel dan residu setelah
di oven 105(Q), Berat cawan yang berisi sampel setelah di tanur(R)
Hasil tersebut ditinjau dari
beberapa literature adalah sebagai berikut Serat kasar menurut analisis
proksimat adalah semua senyawa organik yang tidak larut dalam perebusan dengan
larutan H2SO41,25% dan perebusan dengan larutan NaOH
1,25% selama 30 menit. Dalam perebusan senyawa organik akan larut kecuali serat
kasar dengan berbagai campurannya. Yang ternasuk dalam serat kasar adalah
hemisellulosa, pentosan, lignin dan cutine (Sutardi, 2000).
Sampel yang telah bebas lemak
dan telah disaring dipakai untuk mendapatkan serat kasar. Sampel bila ditambah
1,25% larutan asam sulfat dan dipanaskan ± 30 menit, kemudian residu disaring.
Endapan yang didapat ditambah 1,25% larutan NaOH dan dipanaskan 30 menit
kemudian disaring. Endapan yang didapat dicuci, dikeringkan dan ditimbang, lalu
dibakar dan abunya ditimbang. Perbedaan antara berat endapan sebelum dibakar
dan berat abu disebut serat kasar ( Mutidjo, 2007).
Tabel 6. Hasil
Penentuan BETN
Kelompok
|
Bahan
|
BK(%)
|
% Abu
|
% PK
|
% LK
|
% SK
|
%BETN
|
A1
|
BIS
|
90
|
4
|
37,625
|
8
|
13
|
27,375
|
A2
|
T. Kulit Duku
|
90
|
14
|
21
|
10
|
19
|
64
|
A3
|
Ampas jamu
|
90
|
48
|
29,75
|
9
|
8
|
-4,75
|
A4
|
k.nanas
|
90
|
9
|
20,125
|
3
|
13
|
44,875
|
A5
|
Biji karet
|
90
|
4
|
40,25
|
22
|
18
|
5,75
|
A6
|
Jerami
|
90
|
19
|
28
|
0
|
26
|
17
|
A7
|
Kolobot Jagung
|
90
|
7
|
23,625
|
3
|
27
|
29,375
|
A8
|
Petai cina
|
90
|
1
|
46,375
|
6
|
15
|
21,625
|
A9
|
T. ikan
|
90
|
27
|
72,125
|
4
|
1
|
-14,125
|
A10
|
Tapioka
|
90
|
2
|
13,125
|
1
|
7
|
68,875
|
A11
|
Ampas tahu
|
90
|
8
|
33,25
|
5
|
24
|
19,75
|
A12
|
Ampas kunyit
|
80
|
17,5
|
0
|
3
|
54,5
|
|
A13
|
T. biji durian
|
90
|
8
|
21
|
2
|
2
|
57
|
A14
|
T. kedelai
|
90
|
4
|
48,125
|
23
|
6
|
8,875
|
A15
|
T. kulit durian
|
90
|
14
|
8
|
21
|
||
A16
|
Jeroan ikan
|
90
|
15
|
31,54
|
10
|
12
|
20,46
|
Hasil tersebut ditinjau dari beberapa literature adalah
sebagai berikut Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen dalam arti umum adalah sekelompok
karbohidrat yang kecernaannya tinggi, sedangkan dalm analisis proksimat yang
dimaksud Ekstrak Tanpa Nitrogen adalah sekelompok karbohidrat yang mudah larut
dengan perebusan menggunakan asam sulfat 1,25% atau 0,255 N dan perebusan
dengan menggunakan larutan NaOH 1,25% atau 0,313 N yang berurutan masing-masing
selama 30 menit. (M. Syarief, 2003).
BAB
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum Bahan
Pakan dan Formulasi Ransum yang berjudul analisis proksimat dapat ditarik suatu
kesimpulan yaitu Analisis proksimat adalah suatu metoda analisis kimia untuk
mengidentifikasi kandungan nutrisi, kadar air, kadar abu, protein, lemak, serat
kasar serta kadar bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) pada suatu zat makanan
dari bahan pakan ternak. Analisis proksimat adalah analisis terhadap suatu
bahan yang menyangkut air, protein, lemak, abu dan serat.
Ternak membutuhkan zat-zat makanan yang ada dalam pakan
seperti protein, karbohidrat, dan lemak. Dengan adanya analisis proksimat,
kandungan suatu pakan bisa diketahui. Contohnya pada rerumputan. Kita bisa
mengetahui kandungan zat makanan dalam rumput. Setelah kita mengetahuinya, kita
bisa membandingkan rumput apa saja yang paling tinggi kandungannya dan paling
cocok bagi ternak.
5.2 Saran
Sebaiknya pada saat praktikum praktikan
bersungguh-sungguh, dan tidak main-main. Dalam analisis sampel yang digunakan
harus ditimbang dan memperhatikan timer saat pelaksaan analisis berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, R. 2002. Pengolahan Pakan Ayam Secara
Modern. Erlangga. Jakarta.
Anggordi. 2006. Ilmu Makanan Ternak Umum. Jakarta: PT
Gramedia.
Eszra.Y.2004. Analisa Makanan.Erlangga. Jakarta.
Handaka. 2008. Nutrisi Ternak Unggas.
Kanisius. Yogyakarta.
Lubis. 2007. Ilmu Makanan Ternak Umum.
Erlangga. Jakarta.
Maynard dan Loossi. 2001. Makanan
Ternak Unggas. BPFE :
Yogyakarta.
Prawiradiputra,dkk. 2001. Manfaat Pakan
Bagi Ternak. Bhratara Karya Aksara : Jakarta.
Praworo .2003. Bahan
Kuliah Bahan Pakan. Fakultas Peternakan : Universitas
Jakarta.
Santoso. 2003. Teknik Formulasi Ransum. Erlangga.Yogjakarta
Sinurat. 2000. Analisa Hasil Pangan . Erlangga. Jakarta.
Sarmono. 2007. Ilmu Makanan Ternak
Dasar. Gajah MadaUniversity.Yogyakarta.
Smith.
2000. Penuntun Bahan Pakan dan Formulasi
Ransum. Yudistira. Jakarta.
Suprapto. 2002. Pembuatan Pakan Ternak Unggas .
Depdikbud. Jakarta.
Tilman. 2003. Formulasi Bahan Pakan.
PT PWI. Jakarta.
Triaz.2008.Bahan Makanan Ternak.Erlannga:Jakarta
Zardian. 2001. Ilmu Gizi dan Makanan Ternak.
Penerbit Angkasa. Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar