Translate

Jumat, 26 Desember 2014

laporan mingguan bpfr preparasi sampel

I.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Keberhasilan analisis suatu bahan pakan hanya akan dicapai jika pengambilan sampel bahan dilakukan secara benar dan representatif. Untuk tujuan tersebut maka dalam pengambilan sampel perlu diperhatikan hal berikut yaitu Homogenitas sampel, cara pengambilan sampel, jumlah sampel, penanganan sampel, prosesing sampel, dan penentuan kadar air sampel segar (Tarmidjo. 2004)Air Pakan akan menguap oleh panas, sehingga yang tinggal adalah bahan kering. Persentase air dihitung dari perbedaan bobot contoh sebelum dan sesudah perlakuan panas. Homogenitas sampel ialah ukuran, berat sampel . cara pengambilan sampel ada 2 yaitu aselektif dan selektif. Jumlah sampel yang diambil adalah 10% dari jumlah bahan. Perlu penanganan yang baik agar tidak terjadi kerusakan pada saat bahan akan dianalisis. Semua sampel harus dalam bentuk tepung. Setelah itu baru ditentukan kadar air sampel segar.

1.2 Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum tentang Preparasi sampel ialah agar mahasiswa mengetahui teknik dalam pengambilan sampel yang benar dan juga agar memperoleh hasil yang akurat demi keberhasilan analisis suatu bahan pakan.
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah mahasiswa mendapat pengetahuan agar tidak salah dalam preparasi sampel pada saat melakukan analisis terhadap bahan pakan.



II.TINJAUAN PUSTAKA

Alamsyah.,2002.Karakteristik atau sifat bahan makanan ternak sangat berpengaruh dalam proses pengolahan bahan pakan. Banyak jenis pakan lokal yang ketersediannya cukup potensil tetapi penggunaan bahan baku lokal ini sering menimbulkan kesulitan bagi pengelola pabrik pakan yang menangani dan memprosesnya, karena adanya perbedaan sifat.Pengetahuan tentang sifat fisik pakan belum berkembang dibanduing dengan sifat fisik pada bahan pangan yang telah banyak diteliti
(BIP Ciawi, 2004) Rumput gajah merupakan hijauan pakan sumber energi, memiliki batang yang kadar serat lebih rendah sehingga dapat dipotong pada tingkat pertumbuhan yang lebih menggunakan potongan batang (stek) atau sobekan rumput.
Carita (2001). Pengurangan kadar air dengan pelayuan perlu ditentukan lama dan KA akhir yang diperoleh. Demikian juga penambahan air pada bahan dengan KA yang rendah, diperlukan perhitungan yang lebih cermat.
Defano (2001) cara pengambilan sampel terbagi atas 2,yaitu aselektif dan selektif dimana hasil dari kedua jenis pengambilan ini akan berbeda.
Dina,2001 rumus penghitungan kadar air adalah    x 100%
Drs. Hardiyono (2000) komposisi rumput setaria (dasar bahan kering) terdiri atas; abu 11,5%, ekstrak eter (EE) 2,8%, serat kasar (SK) 32,5%, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) 44,8%, protein ksar (PK) 8,3% dan total digestible nutrients (TDN) 52,88%.
Farhan (2007). Ayam broiler telah dikenal  masyarakat dengan berbagai kelebihannya, antara lain hanya 5-6 minggu sudah siap dipanen. Ayam yang dipelihara adalah ayam broiler yakni ayam yang berwarna putih & cepat tumbuh.
Farida (2001). Ayam broiler merupakan ayam pedaging yang mengalami pertumbuhan pesatpada umur 1 – 5 minggu. Selanjutnya dijelaskan bahwa ayam broiler yang berumur 6 minggu sudah sama besarnya dengan ayam kampung dewasa yang dipelihara selama 8 bulan. Keunggulan ayam broiler tersebut didukung oleh sifat genetic dan keadaanlingkungan yang meliputi makanan, temperature lingkungan dan pemeliharaan.
Galuh (2000). Dalam penentuan kadar air dari setiap sampel-sampel dapat berasal dari tumbuh tumbuhan maupun hewan dan hasil ikutan lainnnya dengan kadar air yang beragam jumlah dan keadaan normalnya.
Murwani et al., (2009) menyatakan jumlah sampel yang diambil adalah tidak lebih dari 10% dari jumlah barang.
Murtidjo (2009), mengatakan sampel yang telah diambil harus segera diamankan agar tidak rusak atau brubh  sehingga mempunyai sifat yang berbeda dari sampel saat diambil.
Teriska (2000). Persentase serat kasar yang dapat dicerna oleh ternak ayam  sangat bervariasi. Efeknya terhadap penggunaan energi sangat kompleks. Serat  kasar yang tidak tercerna dapat membawa nutrien lain yang keluar bersama feses.
Tjatiro (2006)  Serat  kasar  ini  masih dibutuhkan  dalam jumlah  kecil  oleh 
unggas  yg  berperan  sebagi  bulky, untuk memperlancar pengeluaran feses.















III.MATERI DAN METODA

3.1  Waktu dan Tempat
Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum tahun 2014 dilaksanakan pada hari Selasa, 15April 2014, pada pukul 14.00 WIB s/d selesai di Laboratorium Bahan Pakan dan Formulasi Ransum Fakultas Peternakan Universitas Jambi.

3.2  Materi
Adapun materi yang di praktikumkan adalah Pengenalan Bahan Pakan. Alat yang digunakan pada praktikum ini ialah neraca (timbangan) untuk melakukan penimbangan terhadap sampel dalam menentukan berat awal dan berat setelah pengeringan.
Dalam praktikum ini bahan-bahan yang digunakan antara lain Rumput Gajah, Rumput Benggala, Rumput Setaria, feses ayam kamp[ung, feses ayam broiler, feses ayam arab, feses sapi, feses kerbau, feses rusa, feses bebek, feses babi, feses kuda, dan feses kambing.

3.3  Metoda
Cara kerja atau metode yang dilakukan oleh praktikan pada praktikum kali ini  tentang preparasi sampel yaitu praktikan menimbang bahan yang masih dalam keadaan segar dimana berat itu adalah berat awal bahan tersebut setelah ditimbang kemudian bahan di jemur hingga kadar air tidak ada kemudian ditimbang lagi dan dihitung berat akhir lalu hitung kembali kadar air dan kadar bahan kering.




IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam pengambilan sampel suatu bahan harus dilakukan secara benar agar diperoleh sampel yang benar-benar representatif, yang mampu menggambarkan keadaan bahan yang diambil sampelnya secara tepat. Untuk tujuan tersebut maka dalam pengambilan sampel perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a.    Homogenitas Sampel
Efek ukuran dan berat partikel sangat berpengaruh terhadap homogenitas bahan. Bagian yang berukuran danmempunyai berat lebih besar cenderung akan terpisah (terSEGREGRASI) dari bagian yang lebih kecil dan ringan. Oleh karena itu sebelum sampel diambil, bahan harus diaduk secara merata atau sampel diambil secara acak dari beberapa bagian baik bagian dasar, tengah maupun bagian atas sehingga diperoleh sampel yang benar representative.
b.     Cara Pengambilan Sampel
                  Cara pengambilan sampel dilakukan dengan dua cara yaitu secara ASELEKTIF dan SELEKTIF. ASELEKTIF artinya cara pengambilan sampel yang dilakukan secara acak dari keseluruhan bahan tanpa memperhatikan atau memisahkan bagian-bagian dari bahan tersebut. Misalnya dalam pengambilan sampel pada rumput gajah, sampel kita ambil dari seluruh bagian rumput gajah tersebut baik bagian daun maupun bagian batang, kemudian dipotong-potong dan dicampur secara merata agar diperoleh bahan yang benar-benar homogen, sehingga sampel yang diambil benar-benar. representatif. SELEKTIF artinya cara pengambilan sampel yang dilakukan secara acak dari bagian-bagian tertentu suatu bahan. Misalnya dalam pengambilan sampel bagian batang dan bagian daun rumput gajah, maka sebelum diambil sampelnya bagian-bagian tersebut harus dipisahkan terlebih dahulu antara batang dan daunnya, baru diambillah sampelnya. Pendapat (Defano,2001) cara pengambilan sampel terbagi atas 2,yaitu aselektif dan selektif dimana hasil dari kedua jenis pengambilan ini akan berbeda.
c.     Jumlah sampel
  Jumlah sampel yang diambil akan sangat berpengaruh terhadap tingkat representatif sampel yang diambil. Jumlah sampel yang diambil tergantung pada kebutuhan untuk evaluasi dan jumlah bahan yang diambil sampelnya. Sebagai pedoman jumlah sampel yang diambil adalah 10% dari jumlah bahan. Pada bahan yang berjumlah banyak misalnya lebih dari 100 kg, sampel diambil sebanyak 10% dari jumlah tersebut secara acak, kemudian sampel diambil lagi sebanyak 10% dari sampel yang terambil tersebut.Murwani et al., (2009) menyatakan jumlah sampel yang diambil adalah tidak lebih dari 10% dari jumlah barang.
d.     Penanganan sampel
Sampel yang telah diambil harus segera diamankan agar tidak rusak atau berubah sehingga mempunyai sifat yang berbeda dengan bahan dari mana sampel tersebut diambil. Misalnya terjadi penguapan air, pembusukan atau tumbuhnya jamur,  ketengikan  dan  lain-lain.  Sampel  yang  diperoleh  dari  kadar  air rendah (kurang dari 15%), kemungkinan terjadi kerusakan sampel sangat kecil sekali. Sehingga sampel dapat langsung dimasukkan kedalam kantong plastik dan dibawa ke laboratorium untuk dianalisis. Sedang sampel yang diperoleh dari bahan segar misalnya hijauan atau silase, maka kemungkinan terjadi penguapan besar sekali. Jika lokasi pengambilan sampel jauh dari laboratorium maka sampel yang telah diambil segera ditimbang, dikeringkan atau dijemur sampai beratnya konstan di tempat yang aman (diusahakan tidak terdapat bagian sampel yang hilang), kemudian dibawa ke laboratorium untuk selanjutnya dianalisis.Murtidjo (2009), mengatakan sampel yang telah diambil harus segera diamankan agar tidak rusak atau brubh  sehingga mempunyai sifat yang berbeda dari sampel saat diambil.
e.     Prosesing sampel
Untuk tujuan evaluasi terutama evaluasi secara mikroskopik, kimia dan biologis, semua sampel harus digiling lebih dahulu sehingga diperoleh sampel yang halus. Tipe evaluasi pakan pada prisipnya ada 3 yaitu metode In vitro, Insacco, In vivo. Tipe evaluasi pakan In vivo merupakan metode penentuan kecernaan pakan menggunakan hewan percobaan dengan analisis pakan dan feses. Pencernaan ruminansia terjadi secara mekanis, fermentative, dan hidrolisis Karim,2005. Dengan metode Invivo dapat diketahui pencernaan bahan pakan yang terjadi didalam seluruh saluran pencernaan ternak, sehingga nilai kecernaan pakan yang diperoleh mendekati nilai sebenarnya. Koefisien cerna yang ditentukan secara In vivo biasanya 1% sampai 2 % lebih rendah dari pada nilai kecernaan yang diperoleh secara In vitro (T.cole.2001).


f.     Penentuan kadar air sampel segar
  Sampel dapat berasal dari tumbuh-tumbuhan (seperti rumput-rumputan, biji-bijian, buah-buahan, hasil ikutan produksi pertanian dan pangan) maupun hewan dan hasil ikutannya. Sebelum dikeringkan, bahan (sampel) segar dipotong-potong untuk mendapatkan partikel yang lebih kecil agar cepat kering. Sejumlah sampel ditimbang (Ag) kemudian dijemur sampai kering dibawah sinar matahari atau dikeringkan dalam oven dengan temperature 50-60˚C selama 24-48 jam. Setelah kering sampel ditimbang (B g) dan digiling untuk dianalisis lebih lanjut. Selisih anatara berat sebelum dengan setelah dikeringkan merupakan kadar air (KA) dari sampel segar, dan selanjutnya dapat ditentukan bahan kering (BK) udara sampel.

Kadar Air (%,Y)                           =           x 100%
Kadar Bahan Kering (%)             =           x 100%
Atau
Kadar Bahan Kering (100%)      =          100% - Kadar air

Dina (2001) rumus penghitungan kadar air adalah  x 100%
Untuk mengetahui kadar BK sesungguhnya (AS FED DRY MATTER) dari suatu bahan maka BK udara (PARTIAL DRY MATTER) dikali dengan BK hasil pengeringan oven 105˚C.
Konversi zat makanan dari suatu basis BK ke basis BK oven (DRY MATTER BASIS)diperoleh dengan :

ZM ( % DM ) = 



  Hasil pengamatan

Nama Bahan
Berat awal (A) (gram)
Berat setelah pengeringan (B) (gram)
Kadar air (%)
Kadar bahan kering (%)
Leucaena
500 gram
250 gram
50%
50%
Rumput gajah
750 gram
290 gram
61%
39%
Rumput Benggala
500 gram
170 gram
66%
44%
Rumput benggala (selektif)
380 gram
260 gram
32%
78%
Rumput benggala
1800 gram
400 gram
78%
22%
Rumput stylo(selektif)
1000 gram
350 gram
65%
35%
Rumput stylo( aselektif)
600 gram
120 gram
80%
20%
Rumput raja
1200 gram
500 gram
58%
42%
Petai cina
1000 gram
250 gram
75%
25%
Feses Ayam Kampung
500 gram
380 gram
24%
76%
Feses Ayam Broiler
500 gram
160 gram
68%
32%
Feses kelinci
400 gram
100 gram
75%
25%
Feses Sapi
700 gram
600 gram
14%
86%
Feses Kerbau
1200 gram
600 gram
50%
50%
Feses Rusa
500 gram
450 gram
10 %
90%
Feses Babi
600 gram
400 gram
67%
33%
Feses Kuda
500 gram
180 gram
64%
36%
Fases kuda
1400 gram
500 gram
64%
36%
Fases kambing
500 gram
200 gram
60%
40%
Fases bebek
400 gram
134 gram
66%
34%
  Tabel. 1 hasil perhitungan beberapa sampel

Bahan pakan yang diambil dalam pada praktikum preparasi sample ini adalah rumput gajah, rumput raja, feses ayam, dan feses sapi hali ini sesuai dengan pernyataan (Galuh,2000) , Dalam penentuan kadar air dari setiap sampel-sampel dapat berasal dari tumbuh tumbuhan maupun hewan dan hasil ikutan lainnnya dengan kadar air yang beragam jumlah dan keadaan normalnya.


Rumput Gajah
(BIP Ciawi, 2004) Rumput gajah merupakan hijauan pakan sumber energi, memiliki batang yang kadar serat lebih rendah sehingga dapat dipotong pada tingkat pertumbuhan yang lebih menggunakan potongan batang (stek) atau sobekan rumput.
Rumput Benggala
Panicum maximum disebut juga rumput benggala berasal dari Afrika tropik dan sub tropik. Ciri-cirinya bersifat perennial, batang tegak, kuat, dan membentuk rumpun. Akarnya membentuk serabut dalam, buku dan lidah daun berbulu. Warna bunga hijau atau keunguan (Tumbuh pada daerah dataran rendah sampai pegunungan 0–1200 m di atas permukaan laut. Produksi Panicum maximum yang dihasilkan mencapai 100–150 ton/ha/th dalam bahan segar. Panen pertama dilakukan setelah 2–3 bulan setelah penanaman (Sutopo, 1985).
Feses Ayam Broiler/ayam kampung
Farhan (2007) Ayam broiler telah dikenal  masyarakat dengan berbagai kelebihannya, antara lain hanya 5-6 minggu sudah siap dipanen. Ayam yang dipelihara adalah ayam broiler yakni ayam yang berwarna putih & cepat tumbuh. Pendapat ini didukung oleh pernyataan (Farida. 2001) Ayam broiler merupakan ayam pedaging yang mengalami pertumbuhan pesatpada umur 1 – 5 minggu. Selanjutnya dijelaskan bahwa ayam broiler yang berumur 6 minggu sudah sama besarnya dengan ayam kampung dewasa yang dipelihara selama 8 bulan. Keunggulan ayam broiler tersebut didukung oleh sifat genetic dan keadaanlingkungan yang meliputi makanan, temperature lingkungan dan pemeliharaan.
Tarmidjo. 2004. Air Pakan akan menguap oleh panas, sehingga yang tinggal adalah bahan kering. Persentase air dihitung dari perbedaan bobot contoh sebelum dan sesudah perlakuan panas. Di dalam feses masih terdapat serat-serat (Teriska) 2000. Persentase serat kasar yang dapat dicerna oleh ternak ayam  sangat bervariasi. Efeknya terhadap penggunaan energi sangat kompleks. Serat  kasar yang tidak tercerna dapat membawa nutrien lain yang keluar bersama feses. Menurut Tjatiro (2006) Serat  kasar  ini  masih dibutuhkan  dalam jumlah  kecil  oleh  unggas  yg  berperan  sebagi  bulky, untuk memperlancar pengeluaran feses
Setelah hasil didapatkan dapat disimpulkan kadar air yang paling banyak terdapat di feses dari pada dari tumbuhan  menurut (Carita,2001)Pengurangan kadar air dengan pelayuan perlu ditentukan lama dan KA akhir yang diperoleh. Demikian juga penambahan air pada bahan dengan KA yang rendah, diperlukan perhitungan yang lebih cermat.Demikian hasil yang diperoleh pada praktikum preparasi sampel yang telah dilakukan dengan cara yang terdapat pada buku pedoman.





V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh pada praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum yang berjudul “Preparasi Sampel” adalah untuk keberhasilan pada analisis suatu bahan pakan maka perlu memperhatikan sistematika proses yang benar antara lain yaitu homogenitas sampel, cara pengambilan sampel, jumlah sampel, penanganan sampel, prosesing sampel, dan penentuan kadar air sampel segar. Untuk menentukan kadar air dan kadar bahan kering maka sampel terlebih dahulu dijemur dibawah panas matahari, dari tiap bahan yang berbeda mempunyai kadar air yang berbeda tergantung pada perlakuannya.

5.2  Saran
Selama praktikum Preparasi Sampel berlangsung, praktikan harus memperhatikan saat asdos menerangkan agar mudah memahami apa yang disampaikan dan juga ketelitian praktikan sangat dituntut dalam menghitung kadar air dan kadar bahan kering sampel. Praktikan harus menjaga ketenangan pada saat praktikum berlangsung, agar suasana praktikum jadi nyaman.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar